“Tapi.. “ Tan menegakkan kepalanya dan melanjutkan, “Kemarin
ia bertemu dengan seorang gadis. Namanya Cha Eun Sang.”
“Bagaimana kau tahu namaku?”
“Ada sesuatu yang ia ingin tanyakan pada gadis itu,” tak
mempedulikan pertanyaan Eun Sang, Tan menatap mata Eun Sang dalam-dalam. “Mungkinkah..
aku menyukaimu?”
Sinopsis The Heirs Episode 3 – 1
Eun Sang terbelalak mendengar pertanyaan itu. Sejenak ia
terpana, lidahnya seakan kelu. Akhirnya ia berkata dengan suara lirih, “Mungkin
tidak.”
“Kenapa?”
“Karena kau sudah bertunangan,” jawab Eun Sang. Tapi seolah
hal itu bukan hal yang besar, Tan kembali bertanya, “Selain yang itu..”
Seakan kehabisan jawaban, Eun Sang diam cukup lama, hingga
akhirnya ia berkata kalau semua yang ia rasakan ini terlalu mirip dengan film.
Tapi Tan menjawab kalau ini adalah Hollywood, “Semuanya bisa terjadi.”
“Benarkah?” tanya Eun Sang ragu. “Kita sekarang ada di
Hollywood?”
Tan bengong mendengar pertanyaan Eun Sang yang nggak
nyambung, “Apa?”
Entah Eun Sang itu polos atau pinter karena bisa menghindar
dari pertanyaan Tan yang nembak Eun Sang. Tan pun membawa Eun Sang untuk
melihat tulisan Hollywood yang terpampang besar sekali.
Antusiasme Eun Sang yang berteriak kegirangan menyadairi
kalau mereka benar-benar di Hollywood, membuat Tan heran. “Tak mungkin itu lebih menarik daripada apa yang tadi
barusan kukatakan di bioskop,” Tan melipat tangan, dan menyelidik.
Tanpa menatap wajah lawan bicaranya, Eun Sang berkata kalau
ia berjanji pada dirinya sendiri kalau ia akan ke Hollywood jika ia pergi ke
Amerika. Jawaban Eun Sang yang terus tak nyambung itu, membuat Tan merasa ia
bicara sendirian.
Eun Sang malah bertanya, “Walaupun kelihatan jauh, tapi
mungkin sangat jauh kalau kita mencoba mendekatinya, kan?”
“Itu memang kelihatan jau..” sergah Tan, namun tiba-tiba ucapan
Tan itu berhenti di ujung kalimat, seakan Tan sadar apa yang sebenarnya ingin
dikatakan Eun Sang. Ia menatap Eun Sang yang meliriknya namun tak berani menatapnya.
She knows that he knows what she’s trying to say..
Maka ia pun menyuruh Eun Sang untuk pulang ke rumahnya dan
ia akan mengantarnya karena Eun Sang tak bisa berjalan kaki ke sana. Tapi Eun
Sang menolak. ia tak akan pergi ke sana. Ia berterima kasih karenaTan sudah
melakukan banyak hal untuknya, tapi ia tak mau terus menjadi beban. Ia mengajak
Tan untuk pulang ke rumah agar ia bisa mengambil kopernya.
Tan terlihat kesal mendengar jawaban Eun Sang. Ia pun
berjalan mendahuluinya.
Sesampainya di rumah, Tan hanya berdiri memandangi koper Eun
Sang. Ia hanya melirik melihat Eun Sang yang mengambil koper itu. Menyadari
kalau Tan kesal padanya, Eun Sang meminta maaf, meminta Tan untuk memeriksa
handphonenya. Sebenarnya ia merasa tak enak, namun ia hanya ingin tahu apakah
Chan Young sudah menjawab pesannya.
Tan tetap diam, dan Eun Sang pun tahu diri. Ia pun pamit
pada Tan dan mengangkat kopernya.
Tapi Tan lebih cepat lagi. Sebelum tangan Eun Sang menyentuh
koper itu, Tan mengambil koper dan membawanya masuk ke rumah.
Tan memeriksa handphone dan melihat kalau Chan Young sudah
menjawab. Ia semakin kesal karena ternyata Chan Young sedang di Amerika dan
bersedia menjemputnya. Jadi Eun Sang tinggal menelepon ke handphonenya dan ia
akan segera ke sana.
Jadi saat Eun Sang bertanya tentang keberadaan kopernya, Tan memasukkan
handphone di saku dan menjawab kalau kopernya ada di kamarnya. Mungkin
ia menduga kalau Eun Sang tak
akan berani masuk ke kamarnya.
Namun Eun Sang sudah menuju ke kamarnya. Untuk mencegahnya, ia
berjalan mendahului Eun Sang dan berkata, “Aku ingin mandi. Ambillah sendiri
jika kau mau.”
Dugaan Tan benar. Eun Sang mengurungkan niatnya untuk naik
ke kamar Tan. Tan pun menyuruh Eun Sang tinggal di rumahnya sampai teman Eun
Sang membalas pesannya.
Hmm.. Rachel kemana, ya? Ternyata Rachel sudah pergi. Ia
hanya meninggalkan pesan kalau ia makan siang sendirian dan menyuruh Tan agar
makan malam bersamanya.
Tan mendapat telepon dari Sekretaris Yoon yang menyampaikan
pesan ayah Tan. Ayah Tan menyuruh Tan pergi pesta kebun yang diadakan salah
satu pemegang saham.
Tan bertanya apakah kakaknya tahu kalau ia akan datang?
Sekretaris Yoon menekankan kalau ayah Tan ingin Tan pergi. Tapi sepertinya Tan
lebih memikirkan kakaknya daripada ayahnya dan ia kembali bertanya, “Apakah
kakak tak ingin aku pergi?”
“Kalau kau ingin tahu apa yang dipikirkan kakakmu, kau bisa
pergi dan tanyalah sendiri padanya,” ujar Sekretaris Yoon.
Sekretaris Yoon ini pintar juga. Namun walau pintar, ia
kewalahan menghadapi pacar anaknya. Saat itu ia ke yayasan Empire/Jeguk yang
satu lokasi dengan sekolah Empire. Kebetulan ia berpapasan dengan Bo Na yang
langsung berteriak memanggilnya, “Appanim! (Ayah tapi sangat hormat sekali)”
LOL. Mata Sekretaris jelalatan, takut ada yang mendengar
julukan yang tua banget itu dan menyuruh Bo Na untuk memanggilnya Ahjussi (Paman)
saja. Panggilan itu membuat Bo Na cemberut dan mengeluhkan betapa Chan Young tak
pernah menghubunginya lagi, bahkan ia mendengar Chan Young berbicara dengan gadis
Amerika. Dan ia merasa Chan Young sedang selingkuh di sana.
Sekretaris Yoon langsung memasang wajah marah, “Benarkah?
Anakku benar-benar brengsek!”
“Bagaimana mungkin pacarku disebut brengsek?” sahut Bo Na
marah. Haha.. Bo Na berkata bukan Chan Young yang mengejar wanita, tapi para
wanita yang mengejarnya. “Dan Cha Eun Sang atau Cha Geum Sang itu. Aku tak suka
dengannya. Jadi jangan berbaik-baik padanya!”
Bo Na ini mungkin bipolar. Setelah marah-marah, ia menunduk
khas sageuk dan berpamitan, “Semoga selamat sampai di rumah, Appanim!”
Ia pun langsung lari menaiki tangga. Sekretaris Yoon
berteriak kalau dia adalah Ahjussi. Tapi Bo Na menjawab dengan berteriak juga, “Ahjussi
itu Won Bin!”
Hahaha... Anak ini.. so cute.
Walau cute begitu, tapi Bo Na juga bisa sadis. Saat ia pergi
ke ruang klub penyiaran, ia melihat ada dua gadis yang memberikan makanan Hyo
Sin, yang kata mereka sudah mereka siapkan sejak subuh tadi.
Ia pun menunjuk satu per satu, menyebutkan nama-nama
restoran tempat kedua gadis itu membeli bungkusan makanan itu, “Jadi apa yang
kalian siapkan sejak subuh? Apa kalian memotong sumpit dan membentuk
sendok-sendok itu?”
Salah satu gadis tak suka dengan gaya sok Bo Na dan
mengatakan kalau ayahnya adalah presiden direktur TV SBC. Tapi Bo Na langsung
memotongnya, “Ayahku adalah presiden direktur Mega Entertainment. Apa kalian
ingin melihat nasib SBC jika kami menarik semua artis-artis kami?”
Hahaha.. Kalau itu terjadi.. Kamera Dispatch pasti sudah ada
di ruangan itu. Dan besok kita akan baca di Allkpop.
Hyo Sin hanya senyum-senyum geli mendengar percakapan
mereka. Setelah kedua gadis itu pergi karena kalah bicara, mereka pun
membicarakan tentang anak kelas 10 yang harus keluar dari klub karena
keluarganya mengetahui tentang keikutsertaannya dalam klub ini. Sepertinya ikut
klub penyiaran bukan hal yang elit yang bisa dilakukan oleh para pewaris itu.
Bo Na menyadari kalau Hyo Sin lebih mahir dalam menyembunyikan
keikutsertaan dalam klub ini. Sambil minum pil, Hyo Sin menjawab kalau ia tak
tahu apakah ia yang mahir, atau keluarganya yang mahir dengan pura-pura tak
tahu tentang hal ini.
Bo Na heran melihat Hyo Sin yang minum pil. Namun ia tak
mengejar jawaban lebih lanjut lagi saat Hyo Sin menjawab kalau itu adalah
vitamin. Hmm.. apa pil itu ada hubungannya dengan muntahnya Hyo Sin kemarin?
Eun Sang heran melihat Tan berdandan rapih dan membawa tas.
Tan meminta maaf karena ia tak bisa mengajak Eun Sang pergi ke Hollywood
sekarang. Mendadak ia harus pergi. Ia menyuruh Eun Sang untuk tak pergi ke
mana-mana.
Tapi Eun Sang berkata ia tak bisa tinggal lebih lama lagi
karena ia terlalu membebani Tan. Ucapan itu malah membuat Tan marah, “Kau
selalu berkata akan pergi, akan pergi. Padahal kau tak punya tempat tujuan
lagi! Jangan pernah berkata ‘beban’ lagi, atau kalau tidak aku akan menjualmu!”
LOL, Eun Sang sampai terbelalak mendengar ancaman Tan.
Dan dari atas terdengar “Hey guys! Ohh.. My sweet angel is
in the house!” Oh no! Si Jay muncul lagi. Bahkan kali ini saya sampai merinding
melihat Jay meniupkan ciuman jarak jauh pada Eun Sang.
Rupanya yang kesal melihat Jay bukan cuman saya. Melihat Jay
mendekati Eun Sang, Tan pun bertanya pada gadis itu, “Apakah kau bisa melakukan
perjalanan jarak jauh?”
Maka mereka pun pergi keluar kota. Walau sama-sama terdiam, keduanya sama-sama saling mencuri pandang.
Nyonya Han ngobrol dengan
temannya. Dan wow.. ada ya ternyata kaca mata yang berbulu? Temannya bertanya
tentang ayah Tan yang tak kunjung menceraikan istri sahnya.
Note : Ibu Won adalah istri
pertama dan sudah meninggal. Kemudian ada istri kedua, Nyonya Jung, dan
Nyonya Han ini adalah selingkuhan atau
mungkin adalah selir karena dia memiliki Tan. Tapi ia belum berstatus
istri
karena suaminya masih memiliki istri sah.)
Namun dari reaksi Nyonya Han yang diam saja, temannya tahu
kalau suaminya masih tak bisa menceraikan istri keduanya itu. Menurutnya,
perselingkuhan adalah cara terbaik untuk melakukan perceraian. Maka ia
memberikan nomor telepon detektif swasta yang sudah berpengalaman menangkap
basah orang yang berselingkuh.
Di ruang anggur, ia pun menelepon detektif swasta agar
membuntuti Nyonya Jung. Tapi ia terkejut setengah mati karena di ada Ibu Eun
Sang di ruangan itu. Buru-buru ia menutup telepon dan bertanya apakah ibu Eun
Sang menguping pembicaraanya? Ibu Eun Sang pun menulis kalau ia tak menguping,
tapi ia kebetulan ada di sana.
Hahaha.. lucu sekali melihat mereka berdua. Nyonya Han
berkata kalau ibu Eun Sang melihatnya bicara di telepon dengan bisik-bisik,
harusnya ibu Eun Sang langsung mengatakan kalau ia ada di ruangan itu!
Di notes-nya, ibu Eun Sang menulis kalau ia sudah menulis
pesan dan mengangkatnya. LOL. Ibu Eun Sang pun mengingatkan kalau Nyonya Han
beruntung jika tak ketahuan. Harusnya
Anda menggunakan handphone sekali pakai.
Nyonya Han terkesiap, menyadari keteledorannya. Ia pun
memarahi ibu Eun Sang karena baru memberitahukan padanya sekarang. Ibu Eun Sang
menulis lagi, tapi Nyonya Han buru-buru menghampiri pelayannya dan berseru, “ “Jangan
tulis itu! Jangan tulis, Anda tak pernah
bertanya pada saya!”
LOL.
Tan dan Eun Sang pun sampai ke tujuan. *Ehh.. nama tempatnya
Harmony? Deket, dong. Di daerah Kota, naik busway sudah sampai.*
Tan menitipkan kunci mobil pada Eun Sang. Ia tak tahu apakah
ia akan diusir dalam waktu 5 menit atau lebih lama dari itu. Ia mengijinkan Eun
Sang untuk jalan-jalan jika merasa bosan, tapi memperingatkan gadis itu untuk
berhati-hati pada seseorang, “Orang yang berwajah paling dingin di sini.”
Sepertinya kalimat itu Tan tujukan pada dirinya sendiri. Ia
merapikan jasnya dan berjalan dengan gugup menghampiri kerumunan pesta itu.
Won yang sedang berbincang-bincang, ditanyai oleh salah satu
tamu Jepang tentang siapa pria yang berdiri agak jauh dari mereka. Melihat adiknya
yang berdiri menatapnya, iapun permisi pada tamunya dan menghampiri adiknya.
Tan tersenyum menatap kakaknya yang berjalan ke arahnya dan
menyapanya, “Hyung.” Tapi kakaknya terus berjalan dan persis saat di sebelahnya
Won berkata pelan namun tegas, “Ikuti aku.”
Eun Sang berjalan-jalan di kebun almond. Ia terkejut saat
melihat Tan datag bersama seorang pria. Tak menampakkan dirinya, ia mengintip
pembicaraan mereka.
Tan tersenyum melihat kakaknya lagi. Tapi tidak dengan Won
yang tak membalas sapaan Tan dan malah bertanya, siapa yang menyuruhnya datang
kemari? Apakah sekretaris Yoon? Won memarahinya
yang berani datang kemari tanpa memikirkan konsekuensinya,
“Bagaimana mungkin aku tak datang? Aku ingin menemuimu,” Tan
seolah menjadi anak kecil lagi di depan Won.
“Inilah alasan mengapa anak-anak susah dikendalikan.
Bagaimana mungkin kau langsung datang hanya karena ingin menemui seseorang? Kau
bahkan tak tahu apa arti kedatanganmu ini.”
Tan mencoba menarik pujian dari kakaknya dengan berkata
kalau mereka sudah 3 tahun tak bertemu dan ia sekarang jauh bertambah tinggi
dari sebelumnya. Namun Won hanya berkata dingin, “Hanya itu, kan yang kau
lakukan di Amerika? Tetap lakukan itu saja. Datang ke sini merupakan tindakan
yang terlalu berani. Pergilah.”
Won pun meninggalkan Tan yang tak bisa berkata apapun,
terlalu patah hati karena sikap kakaknya yang dingin.
Eun Sang tak melewatkan
sedikitpun apa yang terjadi, hanya bisa menatap Tan dengan iba. Tiba-tiba
penyemprot air otomatis menyala, membasahi tubuh mereka. Tapi Tan seakan tak
menyadari siraman air itu.
Eun Sang tak berlindung dari
semprotan air itu. Walau ragu, ia menghampiri Tan dan berdiri di hadapannya. “Apakah
kau baik-baik saja?” tanyanya.
“Aku tak baik-baik saja. Kenapa
kau menguping?”
“Karena jika kulihat kau dalam
bahaya, aku akan menghitung sampai 3, menarik tanganmu dan lari bersamamu,”
jawab Eun Sang sedikit bercanda.
“Lalu kenapa kau tak
melakukannya?” tanya Tan mengagetkannya. “Dari tadi aku ada dalam bahaya.
Kenapa kau tak menyelamatkanku?”
Di mobil, Eun Sang memandang Tan
yang terus terdiam mengendarai mobil pulang. Tanpa menoleh, Tan meminta Eun
Sang untuk melupakan apa yang dilihatnya tadi. Eun Sang menjawab kalau tanpa
disuruh pun ia akan melupakannya, karena semua ini adalah mimpi. Mimpi musim
panas yang segera terlupakan setelah ia bangun.
Ucapan Eun Sang membuat Tan
menoleh dan memandangi gadis itu lama. Dan karena terus memandangi itulah Tan tak
menyadari kalau ada longsoran batu yang memenuhi jalan. Saat melihatnya, refleks
Tan langsung mengulurkan tangan untuk melindungi Eun Sang dan membanting setir
agar tak menabrak bebatuan besar itu.
Tabrakan tak terjadi, tapi mobil
Tan selip di pasir. Tan mencoba memundurkan mobilnya, tapi mobil terlalu selip
ke dalam pasir. Eun Sang panik dan Tan menenangkannya. Ia menyuruh Eun Sang
untuk tetap tinggal di mobil sementara ia akan berusaha.
Tapi Eun Sang tak mau. Walau
panik ia masih bisa ingat kalau situasi seperti ini adalah adegan pertama di
film horor. Heheh.. ia pun keluar dan
melihat Tan sedang menelepon.
Tapi handphone Tan tak mendapat
sinyal sehingga tak bisa menelepon bengkel. Mereka harus melakukannya sendiri
dan harus ada yang mendorong mobil agar bisa lepas. Karena Eun Sang tak bisa
menyetir, maka ia yang mendorong.
Haha.. kasihan Eun Sang. Tapi
mobil tetap tak bergerak juga. Dan karena tangki bensin juga bocor terantuk
batu, maka tak butuh waktu lama agar mobil menjadi mogok.
Maka Tan pun mengusulkan agar
pergi ke suatu tempat sebelum gelap, untuk mencari pertolongan. Tapi Eun Sang
tak suka ide itu, “Bagaimana kalau kita tinggal di sini saja? Di film-film,
karakter yang pergi ke tempat itu, pada akhirnya selalu mati. Seperti Texas Chainsaw
Massacre, Friday the 13th, Scream, Hello Sydney. Apa kau tak tahu?”
Tan memandang Eun Sang tak
percaya. Ia pun menyuruh Eun Sang untuk tinggal di mobil saja dan ia pun
berjalan pergi. Eun Sang berteriak memanggilnya, ketakutan, “Ayo pergi bersama!
Aku bisa mati kalau sendirian di sini!”
Melihat Eun Sang berjalan
bersamanya, Tan bertanya apakah Eun Sang sudah memutuskan kalau ia akan mati?
Jawab Eun Sang, “Jika ada season 2, setidaknya salah satu harus tetap hidup!”
LOL. Tan tersenyum melihat Eun
Sang malah berjalan lebih cepat darinya.
Jalan masih panjang, dan mereka
belum menemukan rumah. Untung Eun Sang membawa makanan. Tan bertanya apakah ia
hanya membawa satu? Eun Sang menjawab kalau ia beli dua. Tapi satu untuk
ibunya.
Tan menyindir kalau Eun Sang
sangat boros sekali. Ia pun meneruskan, “Jika temanmu menghubungimu..”
“Apa ia sudah menjawab?” Eun Sang
langsung antusias, membuat Tan kesal dan berkata kalau pertanyaannya belum
selesai.
Tan bertanya apa yang akan Eun
Sang lakukan jika temannya menghubunginya? Eun Sang menjawab kalau ia akan
pinjam uang untuk beli tiket pulang. Kakaknya membawa semua uangnya. Tan pun
berkata kalau ia akan meminjamkan uang pada Eun Sang.
Tapi Eun Sang tak mau, “Dan
ginjalku sebagai gantinya? Aku tak seberani itu.”
Heheh.. Tan akhirnya berkata
kalau ia mendapat jawaban dari Chan Young. Hal itu membuat Eun Sang bersemangat
dan meminta handphonenya dan bertanya apakah ada sambungan internetnya?
Tan menggerutu, bagaimana bisa
ada sambungan internet jika tak ada sinyal? Namun Eun Sang tak mendengar karena
ia berteriak kegirangan. Ada rumah di kejauhan.
Sayangnya bengkel yang mereka cari
sudah tutup. Tapi pemilik pompa bensin itu berjanji akan menelepon tukang derek
agar mobil bisa diderek pagi-pagi sekali.
Akhirnya mereka pun bermalam di
motel sebelah pompa bensin. Eun Sang berusaha membersihkan kaosnya tapi sia-sia
saja. Tan masuk dan melemparkan sebuah kaos yang ia beli di toko souvenir.
Mereka tak bisa tidur dengan baju kotor.
Eun Sang terbelalak, bukan karena
kedua kaos mereka serupa, karena Tan tak malu untuk membuka baju di hadapannya.
Ia berbalik dan berdehehm canggung, bertanya apakah Tan berniat membuat orang
salah sangka pada mereka, mengira mereka adalah pasangan?
“Jangan mimpi,” sahut Tan sambil
tersenyum, terus membiarkan Eun Sang merasa malu dan tak berniat untuk ganti
baju di tempat lain. Setelah selesai memakai kaos, ia menyuruh Eun Sang untuk
berganti baju dan segera keluar karena mereka akan makan malam.
Eun Sang menghela nafas lega,
walau menyesal, “Memalukan.. seharusnya aku tadi sempat mengintipnya.”
LOL.. jadi kenapa nggak liat?
Mereka pun makan malam seadanya.
Dan Eun Sang pun terkesima melihat liquor yang sangat banyak. Tan terkejut
mendengarnya. Apakah Eun Sang juga peminum? Eun Sang bertanya seperti seorang
alkoholik, “Apa kau tak melihat tanganku gemetar dari tadi?”
Tan geli, “Kau sedikit lucu.”
“Apa kau baru tahu?” tanya Eun
Sang sok imut dan ia pun makan telor orak-arik dengan lahap. Tapi Tan tak makan
dan terus memandangi Eun Sang dari samping, membuatnya kembali canggung dan
bergumam,”Jangan melihatku. Atau kalau tidak aku akan menanyakan pertanyaan
yang membuatmu canggung.”
“Seperti apa? Siapa orang yang
kau temui di perkebunan? Seperti itu?” sambar Tan cepat. Eun Sang mengangguk
dan Tan pun menjawab, “Ia adalah orang yang paling aku sukai di dunia ini.”
Haha.. Jawaban yang ambigu dan itu
membuat Eun Sang penasaran untuk bertanya, “Apakah kau mungkin..” tapi ia tak
berani melanjutkan kalimatnya dan mencoba tak peduli.
Ia kembali makan lagi, membuat
Tan geli, “Aku tak peduli kalau kau berpikir aku seperti itu, tapi jangan
pikirkan kakakku seperti itu.”
“Ahh.. jadi itu kakakmu?” Eun
Sang mengerti, tapi kemudian bertanya lagi, “Jadi kau menyukai kakakmu sendiri?”
“Hei!!” bentak Tan kesal. Dan Eun
Sang pun terjatuh karena kaget dibentak Tan. Sehingga Tan segera menangkapnya.
Mereka berdua berpandangan dalam
posisi yang membuat pipi Eun Sang bersemu merah. Tan segera mendudukkan kembali
dan menyalahkan Eun Sang yang berpikiran kotor, “Dan kenapa wajahmu merah
sekali?”
Eun Sang berkilah kalau ia
sekarang merasa tak adil. Tak adil kenapa? “Karena aku belum pernah makan
pancake.”
Haha.. Eun Sang pinter banget
ngelesnya. Eun Sang berkata kalau di film-film, orang-orang selalu menuangkan
sirup di pancakenya dan mereka juga minum orange juice. Tan berjanji akan
mengajak Eun Sang ke tempat pancake yang enak di Malibu.
Bukannya senang, Eun Sang malah
kesal karena Tan menjanjikan hal itu. “Jangan berjanji seperti itu. Jika kau
berjanji dan tak menepatinya, kau akan mati!”
Eun Sang menggeleng-gelengkan
kepala, mencoba menghilangkan pikiran yang menakutkan itu. Tan benar-benar
bengong melihat gadis itu, “Kau yang menakutkan!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar